MENJAGA AMANAH
بسم الله الرحمن الرحيماَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَحْمُوْدِ بِقُدْرَتِهٖ. الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ بِجُوْدِهٖ وَڪَرَمِهٖ. نَحْمَدُهٗ حَمْدَ النَّعِيْمِيْنَ الشَّاكِرِيْنَ مِنْ عِبَادِهٖ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهٗ. كُلُّ شَيْءٍ يَجْرِيْ بِقَضَائِهٖ وَقَدَرِهٖ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ. الصَّادِقُ الْأَمِيْنُ فِيْ أَقْوَالِهٖ وَأَحْوَالِهٖ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ. عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِالْمَبْعُوْثِ مِنْ بَنِيْ هَاشِمٍ. أَفْضَلِ الْخَلْقِ عَلَى الْإِطْلَاقِ. جَاءَ مِنْ رَّبِهٖ بِأَمْرٍ طِبَاقٍ. خَاتِمُ النُّبُوَّةِ وَالرِّسَالَةِ بِيَدِهٖ. وَعَلَى أٰلِهٖ وَأَصْحَابِهٖ. وَالتَّابِعِيْنَ سُنَّتَهٗ مِنْ أُمَّتِهٖ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّـقُوا اللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّـقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْأٰنِ الْڪَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِؕ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَۢصِيْرًا. النِّسَاء: 58.Hadirin Sidang Jum’at رحمكم الله.Marilah kita senantiasa meningkatkan Iman dan Taqwa kita pada Allah سبحانه وتعالى. Sebab hanya Iman dan Taqwalah yang akan membawa kita menuju kebahagiaan yang haqiqi. Marilah sejenak kita merenung dan menghayati firman Allah سبحانه وتعالى dalam surat An-nisa` ayat 58:إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِؕ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَۢصِيْرًا.“Sesungguhnya Allah Menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Memberi pengajaran yang sebaik-baiknya padamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”Hadirin Sidang Jum’at رحمكم الله.Takan lama lagi kita akan melaksanakan pesta Demokrasi. Pesta keangkuhan yang sarat dengan intrik. Dimana sejumlah orang saling sikut, saling berebut, saling tindas demi jabatan, dan saling tindih demi kursi. Mereka seakan lupa bahwa yang mereka perebutkan adalah Amanah. Mereka saling mengobral program, visi, misi, dan janji.Amanah adalah suatu beban yang harus dijaga dan disampaikan pada yang berhak mendapatkannya. Program, visi, dan misi harus dinyatakan, bukan hanya sekedar bualan. Janji harus ditepati, bukan untuk dikhianati. Dan apabila semua itu tidak dapat dilasanakan dengan baik, maka mereka masuk ke dalam golongan orang-orang munafik. Amanah, kejujuran, dan kesetiaan adalah garis pemisah antara Mu`min yang sejati dan munafik. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:أٰيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثَةٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهٗ مُسْلِمٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ. أَخْرَجَهٗ: أَحْمَدُ، وَالْبُخَارِي، وَمُسْلِمٌ، وَالتُّرْمُذِي، وَالنَّسَائِي عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ.“Tanda-tanda orang munafik ada 3 meskipun ia puasa, sholat, dan mengira sesungguhnya dirinya seorang Muslim: bila berkata ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, dan bila dipercaya ia berkhianat.”Seorang Mu`min sejati akan menempati syurga Allah kelak di kemudian hari, sementara tidak ada yang layak bagi orang-orang munafik selain neraka yang paling dasar. Allah Berfirman:إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا. النِّسَاء: 145.“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan menemukan seorang penolongpun bagi mereka.”Amanah, janji, dan ucapan, adalah tolak ukur dari kekuatan Iman seseorang. Sekuat apa ia menjaga amanah, maka sekuat itulah keimanannya. Sejauh mana ia menepati janji dan menjaga lisannya, maka sedalam itulah agamanya. Seperti yang diingatkan Rosululloh صلى الله عليه وسلم dalam salah satu penggalan dari sabdanya yang panjang:لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهٗ. وَلَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهٗ. وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهٖ، لَا يَسْتَقِيْمُ دِيْنُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُهٗ. وَلَا يَسْتَقِيْمُ لِسَانُهٗ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهٗ. الْحَدِيْثَ. أَخْرَجَهٗ: الطَّبْرَانِي عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ.“Tiada Iman bagi orang yang tiada Amanah baginya, dan tiada Agama bagi orang yang tiada janji baginya. Demi Dzat Yang diri Muhammad ada dalam genggamanNya, tidak akan lurus agama seorang hamba sampai lurus lisannya. Dan tidak akan lurus lisannya sampai lurus hatinya.”Hadirin Sidang Jum’at رحمكم الله.Kemampuan dalam menjaga amanah, menepati janji, dan berperilaku jujur takan mampu dicapai tanpa adanya kekuatan Iman dalam hati. Sedalam apa keyakinan akan keberadaan Allah dan ketakutan akan segala ancamanNya, itulah sumber energi utama untuk membentuk kekuatan kita dalam menelusuri jejak lurus dalam kehidupan. Semakin dalam Iman kita maka akan semakin takut kita untuk berkhianat, semakin takut ingkar janji, dan semakin takut membohongi orang lain.Kalau kita menengok sekilas sejarah, kala Allah menyerahkan amanah pada langit, bumi, dan gunung, maka tak satupun dari mereka yang mau menerimanya. Dan ketika Allah Serahkan amanah pada bapak kita Adam عليه الصلاة والسلام, maka dengan berat hati beliaupun menolaknya dan berdalih: “Ya Allah, kalau langit, bumi, dan gunung saja tak sanggup menanggungnya, dan semua menolaknya, bagaimana mungkin hambaMu yang lemah ini sanggup menanggungnya?” Allah kemudian Menjawab: “Kamulah yang menanggung, dan Aku akan Memberimu kekuatan.” Maka sejak itulah amanah menjadi tanggung jawab manusia dengan modal kekuatan dari Allah yaitu Iman dan Taqwa. Tanpa Iman dan Taqwa, amanahpun akan hilang. Dan dikala amanah hilang, maka bersiap-siaplah kita untuk menghadapi kehancuran. Inilah yang diperingatkan Allah dalam firmanNya surat Al-Ahzab ayat 72-73:إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُؕ إِنَّهٗ ڪَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ (72) لِّيُعَذِّبَ اللهُ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوْبَ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِؕ وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَحِيْمًا (73).“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat dzalim dan Amat bodoh. Sehingga Allah Mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan, dan sehingga Allah Menerima taubat orang-orang mu`min laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Hadirin Sidang Jum’at رحمكم الله.Kalau kita sadar akan beratnya beban dalam menjaga amanah, lantas pantaskah kalau kita berebut dan saling sikut? Yakinkah kita akan mampu menanggungnya hingga kita saling berlomba meraihnya? Tak takutkah kita akan tanggung jawabnya di hadapan Allah nanti di hari Qiyamat?Menanggung amanah adalah tugas yang sangat mulia. Oleh karena itu jangan nodai kemuliannya dengan cara-cara kotor dan keji. Jangan kita saling caci demi sebuah kursi! Jangan kita saling menjatuhkan demi sebuah jabatan! Jangan mengobral janji kalau tidak akan kita tepati! Jangan banyak bicara kalau berisi kebohongan belaka! Dan jangan pernah bersumpah kalau kita akan melanggarnya!Akhir kata marilah kita semua berdoa dan berharap; semoga mereka yang berlomba dalam pesta demokrasi adalah para pejuang sejati. Para pejuang yang senantiasa berharap Ridlo Allah dalam setiap langkahnya. Para pemimpin yang bermodalkan kekuatan Iman dan Taqwa dalam membangun bangsa. Para politisi yang siap menyampaikan amanah rakyat dan mengembalikannya pada mereka. Tulusnya niat membuat merekapun bersaing dengan sehat. Semoga mereka bukan golongan orang-orang yang haus jabatan, yang bersaing dengan cara yang keji dan menjijikkan. Dan pada akhirnya nanti, kalah dan menang kita serahkan pada Allah سبحانه وتعالى.إِنَّ أَصْدَقَ الْڪَلَامِ وَخَيْرَ الْمَقَالِ، كَلَامُ اللهِ الْعَزِيْزِ الْمُتَعَالِ، وَخَيْرَ الْمُسْتَمِعِ مَنْ أَنْصَتَ وَمَالَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى وِبِقَوْلِهٖ يَـهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ: وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْأٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَأَنْصِتَوْا لَعَلَّڪُمْ تُـرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَـنْـهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. أٰلُ عِمْرَانَ: ١٠٤.“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru / mengajak kepada kebaikan / kesejahteraan ( politisi / pejabat ), menyuruh kepada kebajikan / ma'ruf ( ‘ulama ), dan mencegah dari kejahatan / kemunkaran ( para penegak hukum ). Dan merekalah orang-orang yang beruntung.”وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar