Pasang BENNER dan dapatkan dolar tiap kunjungan. Mau...? klik DI SINI

Referral Banners

Senin, 31 Maret 2014

WAJAH NEGRIKU TERCINTA


Kalau sepintas kita perhatikan, Adakah yang mengira bahwa itu adalah "JALAN RAYA"?
Ya... Itu adalah jalur penghubung antara PASAR KRAMAT Dukupuntang Cirebon dengan PASAR MINGGU Palimanan Cirebon. JALAN RAYA yang tak pernah sepi, non stop 24 jam. Bertahun-tahun sudah kondisi sepanjang jalan rusak parah bak SUNGAI KERING di tengah curah hujan di wilayah tropis INDONESIAKU. 

Kekecewaan rakyat akan ketidak pedulian APARAT mereka lampiaskan dengan menanam pohon di tengah-tengah jalan. 

"INIKAH POTRET NEGRIKU TERCINTA...?"

WAHAI PARA PEMBESAR KAMI...
Sampai kapan mata kalian akan tertutup...?

RUMOR KOCAK bak cerita ABU NAWAS yang mungkin tepat adalah sebuah dialog singkat berikut ini:

RAKYAT: "Lapor Tuan! Sepanjang jalan PASAR KRAMAT menuju PASAR MINGGU rusak parah...!"
APARAT: "Oh... Berarti kita jangan lewat situ..."
RAKYAT: "....?????" 

WAHAI PARA PEMBESAR KAMI...
Tulisan singkat "JALAN NERAKA" dari RAKYATMU, adalah PESAN MORAL SARAT MAKNA. 
Ya... Jalan yang berpotensi besar KECELAKAAN membuat para PENGGUNA JALAN serasa berjalan di NERAKA...
Atau... itu adalah JALANMU MENUJU NERAKA akibat dirimu yang melalaikan TANGGUNG JAWAB!
Atau...
Atau...

"INIKAH POTRET NEGRIKU TERCINTA...?"

Foto ini diambil oleh penulis pada hari Ahad: 30 Maret 2014 pk: 15.59 WIB.

Oleh: Abi Kayis Al-Mahdawy
Semoga Bermanfaat

CALEG IMPIAN

CALEG IMPIAN
Tadi malam, bertemu dengan caleg yang memiliki akhlak luhur. Dia menyampaikan kepada saya visi-misinya. Ada ketulusan di balik tutur kata dan perilakunya selama ini. Lagipula, di hadapan orang banyak, dia meneken PAKTA INTEGRITAS bermaterai:
1. Membangun jaringan Taman Baca di setiap desa.
2. Memperjuangan pembatasan jumlah minimarket, dan Perda perlindungan pasar tradisional.
3. Akses transparansi anggaran APBD.
Hanya itu saja, dan yang mengagumkan ia menyerahkan sebilah celurit kepada saya, di hadapan masyarakat; beberapa kiai dan aparat kepolisian yang menjadi saksi, agar ketika menghianati janjinya, ia sanggup ditebas menggunakan celuritnya. Wah, mantaaap!
Kami terpukau, bukan oleh janjinya, melainkan oleh ketulusan sikapnya selama ini. Ia orang baik dan lurus, apalagi dengan pakta integritas dan sebilah celurit yang menjadi bukti kesungguhannya. Kami bulat mendukungnya. Ya, mendukungnya sepenuh hati.
Di saat keterpesonaan ini masih menyergap perasaanku, tiba-tiba aku bangun dari tidur!
Ah, uasyeeeem, pesona CALEG IDEAL di atas ternyata cuma MIMPI, sekadar BUNGA TIDUR!
Penulis : Rijal Pakne Avisa

Minggu, 30 Maret 2014

SOSIALISASI DALAM PANDANGAN ISLAM

بسم الله الرحمن الرحيم
( INDAHNYA KEHIDUPAN SOSIAL )
Manusia sebagai “Makhluk Sosial” memiliki beragam cara dan tradisi dalam bergaul dan memperlakukan sesama mereka. Antara satu suku bangsa dengan suku bangsa yang lain, mempunyai ciri khas tersendiri dalam bergaul. Panutan kita Baginda Rosul صلى الله عليه وسلم adalah sosok yang sangat baik dalam bergaul. Cara beliau bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya tak perlu diragukan lagi. Beliau tak pernah mencela makanan apapun, tak pernah membentak pembantu siapapun, dan tak pernah berlaku kasar terhadap perempuan manapun. Beliau sangat menghormati siapapun yang memiliki kelebihan. Kasih sayangnya terhadap umatnya melebihi kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
Lantas, bagaimanakah cara kita bergaul dengan orang-orang sekitar menurut tuntunan Allah dan RosulNya?

Kalau kita berbicara tentang bagaimana cara Baginda Rosul صلى الله عليه وسلم bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, takan pernah cukup waktu untuk menggali dan mempelajarinya. Secara technical, beliau bergaul dengan tradisi dan budaya Bangsa Arab yang disempurnakan dengan cara Islam mengunakan batasan-batasan tertentu. Islam tak pernah mempermasalahkan tradisi dan budaya Bangsa manapun selama tidak melanggar batasan-batasan tersebut. Dan diantara batasan-batasan Islam dalam bergaul adalah Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Turmudzi, dan Hakim, dari Shohabat Ibnu ‘Amr:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَـرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang yang lebih kecil (muda/rendah) diantara kami, dan tidak mengetahui kemuliaan orang yang lebih besar (tua/tinggi) diantara kami.”
Rosul tidak menyuruh kita mengangkat tangan kala bertemu orang lain (seperti cara orang barat menyapa). Atau menyuruh kita membungkukkan badan (seperti cara orang Jepang/Cina). Atau menyuruh kita menyilangkan tangan di dada (seperti cara orang India). Dan tidak pula menyuruh kita menyilangkan tangan di depan wajah sambil membungkuk (seperti cara orang Jawa). Rosul hanya menyuruh kita menyayangi yang lebih kecil (muda/rendah) dan menghormati yang lebih besar (tua/tinggi). Terserah bagaimana caranya, selama tidak melanggar batasan-batasan Islam yang lain. Tidak dibenarkan kita menghormati orang lain dengan cara bersujud seperti cara kita mengagungkan Allah dalam Sholat. Dan tidak dibenarkan pula kita menyayangi orang lain dengan cara semisal memberinya makanan yang tidak layak.
Besar, kecil, tua, muda, tinggi, dan rendah seseorang tidak dibatasi umur, pangkat, atau kedudukan. Bisa jadi seseorang memiliki kekurangan dari satu sisi, namun memiliki kelebihan di sisi lainnya. Hendaknya kelebihan dari seseorang tersebut menjadi acuan kita dalam bergaul. Suatu contoh: kala kita bertemu dengan orang yang umurnya jauh lebih muda dari kita, mungkin seumuran anak atau bahkan cucu kita, namun dia memiliki kelebihan dalam hal ilmu pengetahuan, atau dia adalah putra, cucu, atau keluarga guru kita, atau seandainya dalam kedudukan keluarga dia memiliki kelebihan semisal paman atau kakak sepupu, maka hormatilah dia. Begitupun dikala kita bertemu dengan orang yang kemampuan secara ilmiahnya jauh dibawah kita, murid atau umat kita, atau dalam kedudukan dia lebih rendah dari kita semisal keponakan atau adik sepupu, namun umurnya lebih tua dari kita, maka hormatilah dia.
Sebaliknya, kalau kita memandang seseorang dari sisi kekurangannya, semisal beranggapan: walaupun dia Ustadz atau kiyai, tapi umurnyakan jauh dibawah saya, atau: dia kan adik/keponakan saya, atau: diakan rakyat saya, dan seterusnya, maka yang lahir adalah sifat merendahkan yang tumbuh dalam hati kita. Allah sendiri tak pernah memanggil Baginda Rosul صلى الله عليه وسلم dengan menggunakan namanya semisal: Yaa Muhammad! atau Yaa Ahmad! Mengingat kelebihan yang Allah berikan padanya. Dalam Al-Qur`an Allah memanggil beliau dengan gelar yang disandangnya semisal: Yaa Ayyuhannabiy! Yaa Ayyuharrosuul! Hendaknya hal ini dijadikan bahan renungan dan pelajaran untuk kita.
Dikala bertemu dengan orang yang tersesat, atau mungkin akhlaknya sudah rusak, maka jangan hinakan dia atau membencinya. Kita justru harus mengasihani dan menyayanginya dengan cara mendekati dan membimbingnya menuju jalan yang benar.
Alangkah indahnya hidup ini andai kita bisa saling menghormati dan saling menyayangi, bukan malah saling meremehkan atau saling membenci.

Oleh Abi Kayis Al-Mahdawy

Semoga bermanfa’at.

Selasa, 18 Maret 2014

Khutbah Jum'at Menjelang Pemilu Legislatif

MENJAGA AMANAH
بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَحْمُوْدِ بِقُدْرَتِهٖ. الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ بِجُوْدِهٖ وَڪَرَمِهٖ. نَحْمَدُهٗ حَمْدَ النَّعِيْمِيْنَ الشَّاكِرِيْنَ مِنْ عِبَادِهٖ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهٗ. كُلُّ شَيْءٍ يَجْرِيْ بِقَضَائِهٖ وَقَدَرِهٖ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ. الصَّادِقُ الْأَمِيْنُ فِيْ أَقْوَالِهٖ وَأَحْوَالِهٖ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ. عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِالْمَبْعُوْثِ مِنْ بَنِيْ هَاشِمٍ. أَفْضَلِ الْخَلْقِ عَلَى الْإِطْلَاقِ. جَاءَ مِنْ رَّبِهٖ بِأَمْرٍ طِبَاقٍ. خَاتِمُ النُّبُوَّةِ وَالرِّسَالَةِ بِيَدِهٖ. وَعَلَى أٰلِهٖ وَأَصْحَابِهٖ. وَالتَّابِعِيْنَ سُنَّتَهٗ مِنْ أُمَّتِهٖ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّـقُوا اللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّـقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْأٰنِ الْڪَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِؕ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَۢصِيْرًا. النِّسَاء: 58.
            Hadirin Sidang Jum’at  رحمكم الله.
          Marilah kita senantiasa meningkatkan Iman dan Taqwa kita pada Allah سبحانه وتعالى. Sebab hanya Iman dan Taqwalah yang akan membawa kita menuju kebahagiaan yang haqiqi. Marilah sejenak kita merenung dan menghayati firman Allah سبحانه وتعالى dalam surat An-nisa` ayat 58:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِؕ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَۢصِيْرًا.
Sesungguhnya Allah Menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Memberi pengajaran yang sebaik-baiknya padamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
            Hadirin Sidang Jum’at  رحمكم الله.
        Takan lama lagi kita akan melaksanakan pesta Demokrasi. Pesta keangkuhan yang sarat dengan intrik. Dimana sejumlah orang saling sikut, saling berebut, saling tindas demi jabatan, dan saling tindih demi kursi. Mereka seakan lupa bahwa yang mereka perebutkan adalah Amanah. Mereka saling mengobral program, visi, misi, dan janji.
Amanah adalah suatu beban yang harus dijaga dan disampaikan pada yang berhak mendapatkannya. Program, visi, dan misi harus dinyatakan, bukan hanya sekedar bualan. Janji harus ditepati, bukan untuk dikhianati. Dan apabila semua itu tidak dapat dilasanakan dengan baik, maka mereka masuk ke dalam golongan orang-orang munafik. Amanah, kejujuran, dan kesetiaan adalah garis pemisah antara Mu`min yang sejati dan munafik. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أٰيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثَةٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهٗ مُسْلِمٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ. أَخْرَجَهٗ: أَحْمَدُ، وَالْبُخَارِي، وَمُسْلِمٌ، وَالتُّرْمُذِي، وَالنَّسَائِي عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ.
“Tanda-tanda orang munafik ada 3 meskipun ia puasa, sholat, dan mengira sesungguhnya dirinya seorang Muslim: bila berkata ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, dan bila dipercaya ia berkhianat.”
Seorang Mu`min sejati akan menempati syurga Allah kelak di kemudian hari, sementara tidak ada yang layak bagi orang-orang munafik selain neraka yang paling dasar. Allah Berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا. النِّسَاء: 145.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan menemukan seorang penolongpun bagi mereka.
            Amanah, janji, dan ucapan, adalah tolak ukur dari kekuatan Iman seseorang. Sekuat apa ia menjaga amanah, maka sekuat itulah keimanannya. Sejauh mana ia menepati janji dan menjaga lisannya, maka sedalam itulah agamanya. Seperti yang diingatkan Rosululloh صلى الله عليه وسلم dalam salah satu penggalan dari sabdanya yang panjang:
لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهٗ. وَلَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهٗ. وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهٖ، لَا يَسْتَقِيْمُ دِيْنُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُهٗ. وَلَا يَسْتَقِيْمُ لِسَانُهٗ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهٗ. الْحَدِيْثَ. أَخْرَجَهٗ: الطَّبْرَانِي عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ.
“Tiada Iman bagi orang yang tiada Amanah baginya, dan tiada Agama bagi orang yang tiada janji baginya. Demi Dzat Yang diri Muhammad ada dalam genggamanNya, tidak akan lurus agama seorang hamba sampai lurus lisannya. Dan tidak akan lurus lisannya sampai lurus hatinya.”
            Hadirin Sidang Jum’at  رحمكم الله.
        Kemampuan dalam menjaga amanah, menepati janji, dan berperilaku jujur takan mampu dicapai tanpa adanya kekuatan Iman dalam hati. Sedalam apa keyakinan akan keberadaan Allah dan ketakutan akan segala ancamanNya, itulah sumber energi utama untuk membentuk kekuatan kita dalam menelusuri jejak lurus dalam kehidupan. Semakin dalam Iman kita maka akan semakin takut kita untuk berkhianat, semakin takut ingkar janji, dan semakin takut membohongi orang lain.
           Kalau kita menengok sekilas sejarah, kala Allah menyerahkan amanah pada langit, bumi, dan gunung, maka tak satupun dari mereka yang mau menerimanya. Dan ketika Allah Serahkan amanah pada bapak kita Adam عليه الصلاة والسلام, maka dengan berat hati beliaupun menolaknya dan berdalih: “Ya Allah, kalau langit, bumi, dan gunung saja tak sanggup menanggungnya, dan semua menolaknya, bagaimana mungkin hambaMu yang lemah ini sanggup menanggungnya?” Allah kemudian Menjawab: “Kamulah yang menanggung, dan Aku akan Memberimu kekuatan.” Maka sejak itulah amanah menjadi tanggung jawab manusia dengan modal kekuatan dari Allah yaitu Iman dan Taqwa. Tanpa Iman dan Taqwa, amanahpun akan hilang. Dan dikala amanah hilang, maka bersiap-siaplah kita untuk menghadapi kehancuran. Inilah yang diperingatkan Allah dalam firmanNya surat Al-Ahzab ayat 72-73:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُؕ إِنَّهٗ ڪَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ (72) لِّيُعَذِّبَ اللهُ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوْبَ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِؕ وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَحِيْمًا (73). 
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat dzalim dan Amat bodoh. Sehingga Allah Mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan, dan sehingga Allah Menerima taubat orang-orang mu`min laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
            Hadirin Sidang Jum’at  رحمكم الله.
      Kalau kita sadar akan beratnya beban dalam menjaga amanah, lantas pantaskah kalau kita berebut dan saling sikut? Yakinkah kita akan mampu menanggungnya hingga kita saling berlomba meraihnya? Tak takutkah kita akan tanggung jawabnya di hadapan Allah nanti di hari Qiyamat?
Menanggung amanah adalah tugas yang sangat mulia. Oleh karena itu jangan nodai kemuliannya dengan cara-cara kotor dan keji. Jangan kita saling caci demi sebuah kursi! Jangan kita saling menjatuhkan demi sebuah jabatan! Jangan mengobral janji kalau tidak akan kita tepati! Jangan banyak bicara kalau berisi kebohongan belaka! Dan jangan pernah bersumpah kalau kita akan melanggarnya!
Akhir kata marilah kita semua berdoa dan berharap; semoga mereka yang berlomba dalam pesta demokrasi adalah para pejuang sejati. Para pejuang yang senantiasa berharap Ridlo Allah dalam setiap langkahnya. Para pemimpin yang bermodalkan kekuatan Iman dan Taqwa dalam membangun bangsa. Para politisi yang siap menyampaikan amanah rakyat dan mengembalikannya pada mereka. Tulusnya niat membuat merekapun bersaing dengan sehat. Semoga mereka bukan golongan orang-orang yang haus jabatan, yang bersaing dengan cara yang keji dan menjijikkan. Dan pada akhirnya nanti, kalah dan menang kita serahkan pada Allah سبحانه وتعالى.  
إِنَّ أَصْدَقَ الْڪَلَامِ وَخَيْرَ الْمَقَالِ، كَلَامُ اللهِ الْعَزِيْزِ الْمُتَعَالِ، وَخَيْرَ الْمُسْتَمِعِ مَنْ أَنْصَتَ وَمَالَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى وِبِقَوْلِهٖ يَـهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ: وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْأٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَأَنْصِتَوْا لَعَلَّڪُمْ تُـرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَـنْـهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. أٰلُ عِمْرَانَ: ١٠٤.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru / mengajak kepada kebaikan / kesejahteraan ( politisi / pejabat ), menyuruh kepada kebajikan / ma'ruf ( ‘ulama ), dan mencegah dari kejahatan / kemunkaran ( para penegak hukum ). Dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.